KARAWANG, KarawangNews.com - PT Pupuk Kujang menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Laos, Saleumxay Kommasith di gedung pusat Pupuk Kujang, Jumat (28/7/2017) pagi. Kunjungan ini dalam agenda peningkatan hubungan bilateral kedua negara dan rencana kerjasama Indonesia melalui perusahaan Pupuk Kujang.
Kunjungan Menteri Luar Negeri Laos ke Pupuk Kujang ini didampingi Kementerian Luar Negeri RI, Abdurrahman Muhammad Fachir, keduanya disambut Direktur Utama PT Pupuk Kujang, Nugraha Budi Eka Irianto yang akrab disapa Anto. Hubungan bilateral Indonesia-Laos ini telah terjalin selama 60 tahun.
Dalam agenda kunjungan ini dibahas mengenai peningkatan hubungan bilateral kedua negara dan rencana kerjasama Indonesia melalui perusahaan Pupuk Indonesia Grup, dalam hal pemenuhan kebutuhan bahan baku, yakni impor pupuk NPK.
"Saya meyakini, rencana kerjasama ini nantinya akan lebih menguatkan dan memajukan hubungan Laos dan Indonesia di berbagai bidang, khususnya di bidang ekonomi dan pertanian," tandas Anto.
Kata dia, kunjungan ini merupakan tindak lanjut dari peluang investasi penambangan Potassium Chloride (KCL) di negara Laos oleh tim Pupuk Kujang beberapa bulan yang lalu. Pemerintah Laos mendukung rencana investasi Indonesia di pertambangan dan industri pupuk.
Kondisinya saat ini laos belum memiliki perusahan pupuk, tetapi laos memiliki tambang KCL yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pabrik pupuk, sehingga sinergi antara Indonesia dengan Laos dapat lebih efektif.
"Kami melihat peluang besar di negara Laos, saat ini Pupuk Kujang membutuhkan 70.000 ton potasium setiap tahunnya dan selama ini Indonesia mengimpor potasium dari Kanada dan Rusia," ucapnya.
Sehingga, sambung dia, sudah dipastikan biaya operasional cukup tinggi untuk produksinya. Maka, dengan adanya perusahaan KCL di Laos, sangat memungkingkan dapat menekan biaya lebih rendah, karena lokasi Laos yang lebih dekat dengan Indonesia.
Direktur Tekhnologi Pupuk Indonesia, Djohan Syafri menjelaskan, kerjasama tersebut juga bisa diwujudkan dalam beberapa konsep, yakni Pupuk Indonesia Grup membeli saham perusahaan penghasil KCL di Laos, bisa juga dalam bentuk perijinan pertambangan dimana tambang potassium dikelola oleh PT Antam dan kemudian diolah menjadi KCL oleh Pupuk Indonesia Grup.
"Bisa juga dengan membangun pabrik NPK di Laos agar dekat dengan sumber bahan baku, kemudian urea dan fosfat kami datangkan dari pabrik kita di Indonesia dan kemudian hasil produksi NPK tersebut kemudian dijual di wilayah Laos dan sekitarnya," kata Djohan.
Diakuinya, meski pembahasan kerjasaman ini masih dalam tahap penjajakan, tetapi sudah mendapat dukungan dari pemerintah Laos, dalam meningkatkan hubungan bilateral Indonesia dan Laos. (rls/spn)