DILANSIR dari Los Angeles Times, ahli biofisika dan pemenang Nobel asal Stanford, Michael Levitt menyampaikan, kenaikan jumlah pasien Virus Corona adalah hal normal, tetapi perlahan jumlahnya akan menurun tajam.
"Jangan panik bila mendengar ada kenaikan jumlah pasien Corona yang berlangsung begitu cepat," katanya, Senin (23/3/2020) lalu.
Dia memprediksikan, akan ada penyusutan wabah Virus Corona dalam waktu tak terlalu lama. Levitt tidak percaya wabah Corona di dunia akan berlangsung berbulan-bulan dan memakan korban jutaan orang.
Hal itu dikatakannya setelah melihat secara akurat penurunan wabah Corona di Cina.
"Yang kita harus lakukan adalah jangan panik, secara umum kita akan baik-baik saja," katanya.
Diakui Levitt, penerapan 'social distancing' sudah cukup untuk mencegah berjatuhannya korban secara cepat. Memang pada awalnya akan ada 'ledakan', peningkatan secara cepat jumlah orang yang teridentifikasi terkena Corona.
Seiring dengan itu, jumlah orang yang meninggal pun akan bertambah dengan cepat. Jumlah korban ini di hari-hari berikutnya akan terus bertambah, tetapi dengan laju yang lebih rendah.
Bila laju penambahan jumlah secara konsisten menurun di banding hari-hari sebelumnya, itu adalah tanda-tanda wabah akan mereda.
Setelah mempelajari statistik korban, pada 1 Februari 2020, Levitt mengeluarkan prediksi yang dikutip banyak media Cina, kasus Covid-19 di negara itu akan mencapai 80.000 korban dengan 3.250 meninggal
Ramalannya kurang lebih akurat, pada 16 Maret 2020, jumlah penderita Corona mencapai 80.259 kasus dengan 3.245 meninggal, penambahan pasien setiap hari saat ini sudah sangat sedikit. Dapat dikatakan, epidemi di Cina sudah berakhir.
Levitt yang memenangkan Nobel pada tahun 2013 memprediksi, negara-negara lain pun akan mengikuti pola serupa, bahkan tanpa harus menjalankan sistem 'lockdown' ketat seperti yang dilakukan Cina.
Ia kini menganalisis data dari 78 negara yang melaporkan adanya penambahan 50 kasus baru setiap harinya. Dia melihat adanya 'tanda-tanda pemulihan' di banyak negara itu.
Yang menjadi fokus perhatiannya bukanlah total jumlah kasus, namun jumlah kasus baru yang teridentifikasi setiap hari.
"Jumlahnya tentu saja masih mengkhawatirkan, tetapi tanda-tandanya jelas bahwa ada pelambatan kenaikan," ucapnya.
Dia bahkan melihat itu terjadi di Iran, meski penambahan kasus di Iran setiap hari masih konstan di atas 1.000 kasus, tetapi Levitt percaya Iran sudah melewati puncak krisis.
"Iran sudah melewati titik tengah perjalanan," ucapnya.
Levitt juga menunjukkan, apa yang terjadi di kapal Diamond Princess sebagai kasus penting. Diamond Princess adalah kapal yang para penumpangnya berinteraksi secara intensif selama berhari-hari. Di kapal itu ada 3.711 penumpang, 712 terinfeksi dan 8 meninggal.
Artinya, dalam kapal sepadat itu, yang terkena mencapai 19,2%, tapi yang meninggal 1,12% dari yang positif Corona.
Dikatakan Levitt, masyarakat tidak boleh menganggap remeh Corona, tapi juga jangan terlalu panik.
Dalam hal ini ia mengkritik media yang menciptakan kepanikan dengan menonjolkan data-data penambahan jumlah korban dan kisah orang terkenal yang terkena.
Dia bahkan mengritik langkah-langkah 'lockdown' atau menutup roda ekonomi yang pada gilirannya akan melahirkan kekalutan kesehatan tersendiri, akibat tingginya jumlah orang yang kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian.
Ia memperingatkan, penelitian-penelitian yang menunjukkan peningkatan jumlah orang bunuh diri, tatkala spiral ekonomi menurun.
"Virus ini hanya akan tumbuh secara eksponensial bila tidak ada kontrol terhadapnya," katanya.
Levitt juga merisaukan, kepanikan akibat informasi tentang dampak Corona yang berlebihan akan mengakibatkan banyak orang takut dan justru tidak mau menyatakan dirinya terkena.
"Mereka yang secara berani menyatakan dirinya terkena virus harus diperlakukan sebagai pahlawan," ujar Levitt. (red)
sumber: Latimes.com
"Jangan panik bila mendengar ada kenaikan jumlah pasien Corona yang berlangsung begitu cepat," katanya, Senin (23/3/2020) lalu.
Dia memprediksikan, akan ada penyusutan wabah Virus Corona dalam waktu tak terlalu lama. Levitt tidak percaya wabah Corona di dunia akan berlangsung berbulan-bulan dan memakan korban jutaan orang.
Hal itu dikatakannya setelah melihat secara akurat penurunan wabah Corona di Cina.
"Yang kita harus lakukan adalah jangan panik, secara umum kita akan baik-baik saja," katanya.
Diakui Levitt, penerapan 'social distancing' sudah cukup untuk mencegah berjatuhannya korban secara cepat. Memang pada awalnya akan ada 'ledakan', peningkatan secara cepat jumlah orang yang teridentifikasi terkena Corona.
Seiring dengan itu, jumlah orang yang meninggal pun akan bertambah dengan cepat. Jumlah korban ini di hari-hari berikutnya akan terus bertambah, tetapi dengan laju yang lebih rendah.
Bila laju penambahan jumlah secara konsisten menurun di banding hari-hari sebelumnya, itu adalah tanda-tanda wabah akan mereda.
Setelah mempelajari statistik korban, pada 1 Februari 2020, Levitt mengeluarkan prediksi yang dikutip banyak media Cina, kasus Covid-19 di negara itu akan mencapai 80.000 korban dengan 3.250 meninggal
Ramalannya kurang lebih akurat, pada 16 Maret 2020, jumlah penderita Corona mencapai 80.259 kasus dengan 3.245 meninggal, penambahan pasien setiap hari saat ini sudah sangat sedikit. Dapat dikatakan, epidemi di Cina sudah berakhir.
Levitt yang memenangkan Nobel pada tahun 2013 memprediksi, negara-negara lain pun akan mengikuti pola serupa, bahkan tanpa harus menjalankan sistem 'lockdown' ketat seperti yang dilakukan Cina.
Ia kini menganalisis data dari 78 negara yang melaporkan adanya penambahan 50 kasus baru setiap harinya. Dia melihat adanya 'tanda-tanda pemulihan' di banyak negara itu.
Yang menjadi fokus perhatiannya bukanlah total jumlah kasus, namun jumlah kasus baru yang teridentifikasi setiap hari.
"Jumlahnya tentu saja masih mengkhawatirkan, tetapi tanda-tandanya jelas bahwa ada pelambatan kenaikan," ucapnya.
Dia bahkan melihat itu terjadi di Iran, meski penambahan kasus di Iran setiap hari masih konstan di atas 1.000 kasus, tetapi Levitt percaya Iran sudah melewati puncak krisis.
"Iran sudah melewati titik tengah perjalanan," ucapnya.
Levitt juga menunjukkan, apa yang terjadi di kapal Diamond Princess sebagai kasus penting. Diamond Princess adalah kapal yang para penumpangnya berinteraksi secara intensif selama berhari-hari. Di kapal itu ada 3.711 penumpang, 712 terinfeksi dan 8 meninggal.
Artinya, dalam kapal sepadat itu, yang terkena mencapai 19,2%, tapi yang meninggal 1,12% dari yang positif Corona.
Dikatakan Levitt, masyarakat tidak boleh menganggap remeh Corona, tapi juga jangan terlalu panik.
Dalam hal ini ia mengkritik media yang menciptakan kepanikan dengan menonjolkan data-data penambahan jumlah korban dan kisah orang terkenal yang terkena.
Dia bahkan mengritik langkah-langkah 'lockdown' atau menutup roda ekonomi yang pada gilirannya akan melahirkan kekalutan kesehatan tersendiri, akibat tingginya jumlah orang yang kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian.
Ia memperingatkan, penelitian-penelitian yang menunjukkan peningkatan jumlah orang bunuh diri, tatkala spiral ekonomi menurun.
"Virus ini hanya akan tumbuh secara eksponensial bila tidak ada kontrol terhadapnya," katanya.
Levitt juga merisaukan, kepanikan akibat informasi tentang dampak Corona yang berlebihan akan mengakibatkan banyak orang takut dan justru tidak mau menyatakan dirinya terkena.
"Mereka yang secara berani menyatakan dirinya terkena virus harus diperlakukan sebagai pahlawan," ujar Levitt. (red)
sumber: Latimes.com