OPINI
Oleh: Feby Milsandy
Kempaka Komunikasi UIN Bandung
BEBERAPA bulan terakhir, dunia digemparkan oleh sebuah virus yang sejauh ini sudah menelan banyak korban, virus yang menurut beberapa sumber berasal dari china tepatnya di salah satu kota yaitu wuhan, Virus corona atau sekarang disebut Covid-19 setelah pada tanggal 31 Desember 2019 secara resmi oleh WHO (World Health Organization) di beri nama khusus untuk menghindari stigmatisasi.
Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menjelaskan Covid-19 itu merupakan singkatan Co artinya 'corona', "Vi" untuk "virus" dan ''D'' untuk 'Penyakit (Disease). (Dikutip dari detiknews)
Sampai saat ini jumlah korban yang terkonfirmasi oleh WHO pada tanggal 7 Maret 2020 sebanyak 102.257 kasus positif terinfeksi dan telah menewaskan 3.497 orang (dikutip dari Kompas.com) dan masih besar kemungkinan penyebaran Covid-19 ini masih terus berlangsung di hampir lebih 90 negara di Dunia.
Ini menjadi hal yang perlu sama-sama di perhatikan, terlepas dari paradigma yang muncul, konflik China dengan Amerika, teori Konspirasi dan lain sebagainya, karena benar atau tidak teori tersebut Covid-19 tetap ada dan nyata, tetap menggerogoti dunia dan menjadi momok yang menakutkan banyak orang.
Terbaru, juru bicara pemerintahan Achmad Yurianto mengumumkan, jumlah positif terinfeksi Covid-19 di Indonesia bertambah menjadi 6 orang.
Lalu seperti apa dampak yang terjadi akibat peristiwa ini dari sisi regional maupun nasional,di Indonesia sudah mulai banyak dampak yang terjadi, harga masker yang melonjak tinggi, hingga terjadi penimbunan masker oleh beberapa oknum yang memanfaatkan keadaan.
Kemudian beredar di media sosial, salah seorang warga memborong kebutuhan sehari-hari untuk persiapan menghadapi dampak dari Covid-19 dan masih banyak hal lainnya.
Kemudian di tingkat regional, perekonomian dunia terancam mengalami penurunan, Arab Saudi menghentikan ibadah haji dan umroh untuk mencegah penyebaran Covid-19, Qatar mengehentikan MotoGP, beberapa liga sepak bola dunia juga terpaksa menghentikan pertandingannya untuk mencegah penyebaran virus ini, juga bandara menutup penerbangan ke negara-negara lain, pelabuhan juga demikian, semua dampak ini menjadi sebab penurunan perekonomian dunia.
Bukan hanya dari segi ekonomi akibat dari virus Corona ini, namun juga dari segi sosiologis dan psikologis, di beberapa Negara termasuk di Indonesia muncul sebuah sikap diskrimantif besar besaran terhadap warga negara asing, muncul anggapan anggapan negatif kepada seseorang yang berasal dari negara lain.
Tak cukup sampai disitu, seorang yang dinyatakan positif terinfeksi Covid-19 menjadi bahan cemoohan dan cacian yang sama sekali tidak berdasarkan fakta, yang pada akhirnya tak hanya virus Covid-19 yang menyebar, namun juga wabah sinophobia, yaitu ketakutan dan kepanikan.
Melihat kejadian ini kemudian implikasinya seperti di sebutkan di atas tentu sangat miris, nilai-nilai kemanusiaan mulai terlihat hilang, kepedulian terhadap sesama manusia perlahan sirnah, bahkan ada yang memanfaatkan keadaan ini untuk meraih keuntungan dirinya sendiri.
Sikap seperti apa yang harusnya dilakukan?
Sebagai masyarakat, harusnya mampu membedakan berita hoax dan fakta, perbanyak literature terkait persoalan yang terjadi dan tidak sembarangan menyebarkan informasi, mengenali cara penanganan dan pencegahan seputar Covid-19, berikan informasi yang factual kepada setiap elemen terdekat.
Harapannya, pemerintah juga mampu memberikan informasi informasi yang terpercaya, menyediakan fasilitas yang memadai, kemudian mensosialisasikan kepada masyarakat, menjaga kestabilan harga bahan pangan dan mampu mengontrol serta menindak lanjuti oknum oknum tidak bertanggung jawab.
Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan di sini, transfaransi informasi dari pemerintah, kemudian sikap dari masyarakat yang harus bisa menghindari berita hoax, sebuah perubahan yang harus dimulai dari hati nurani setiap individu sangat diperlukan saat ini.
Bukan hanya tentang virus corona yang tengah mewabah, namun sikap masyarakat dan pemerintah selaku manusia yang sama-sama hidup di muka bumi ini mampu menjaga sisi kemanusiaan yang luhur dan bersama-sama menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan yang paripurna. (**)
Oleh: Feby Milsandy
Kempaka Komunikasi UIN Bandung
BEBERAPA bulan terakhir, dunia digemparkan oleh sebuah virus yang sejauh ini sudah menelan banyak korban, virus yang menurut beberapa sumber berasal dari china tepatnya di salah satu kota yaitu wuhan, Virus corona atau sekarang disebut Covid-19 setelah pada tanggal 31 Desember 2019 secara resmi oleh WHO (World Health Organization) di beri nama khusus untuk menghindari stigmatisasi.
Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menjelaskan Covid-19 itu merupakan singkatan Co artinya 'corona', "Vi" untuk "virus" dan ''D'' untuk 'Penyakit (Disease). (Dikutip dari detiknews)
Sampai saat ini jumlah korban yang terkonfirmasi oleh WHO pada tanggal 7 Maret 2020 sebanyak 102.257 kasus positif terinfeksi dan telah menewaskan 3.497 orang (dikutip dari Kompas.com) dan masih besar kemungkinan penyebaran Covid-19 ini masih terus berlangsung di hampir lebih 90 negara di Dunia.
Ini menjadi hal yang perlu sama-sama di perhatikan, terlepas dari paradigma yang muncul, konflik China dengan Amerika, teori Konspirasi dan lain sebagainya, karena benar atau tidak teori tersebut Covid-19 tetap ada dan nyata, tetap menggerogoti dunia dan menjadi momok yang menakutkan banyak orang.
Terbaru, juru bicara pemerintahan Achmad Yurianto mengumumkan, jumlah positif terinfeksi Covid-19 di Indonesia bertambah menjadi 6 orang.
Lalu seperti apa dampak yang terjadi akibat peristiwa ini dari sisi regional maupun nasional,di Indonesia sudah mulai banyak dampak yang terjadi, harga masker yang melonjak tinggi, hingga terjadi penimbunan masker oleh beberapa oknum yang memanfaatkan keadaan.
Kemudian beredar di media sosial, salah seorang warga memborong kebutuhan sehari-hari untuk persiapan menghadapi dampak dari Covid-19 dan masih banyak hal lainnya.
Kemudian di tingkat regional, perekonomian dunia terancam mengalami penurunan, Arab Saudi menghentikan ibadah haji dan umroh untuk mencegah penyebaran Covid-19, Qatar mengehentikan MotoGP, beberapa liga sepak bola dunia juga terpaksa menghentikan pertandingannya untuk mencegah penyebaran virus ini, juga bandara menutup penerbangan ke negara-negara lain, pelabuhan juga demikian, semua dampak ini menjadi sebab penurunan perekonomian dunia.
Bukan hanya dari segi ekonomi akibat dari virus Corona ini, namun juga dari segi sosiologis dan psikologis, di beberapa Negara termasuk di Indonesia muncul sebuah sikap diskrimantif besar besaran terhadap warga negara asing, muncul anggapan anggapan negatif kepada seseorang yang berasal dari negara lain.
Tak cukup sampai disitu, seorang yang dinyatakan positif terinfeksi Covid-19 menjadi bahan cemoohan dan cacian yang sama sekali tidak berdasarkan fakta, yang pada akhirnya tak hanya virus Covid-19 yang menyebar, namun juga wabah sinophobia, yaitu ketakutan dan kepanikan.
Melihat kejadian ini kemudian implikasinya seperti di sebutkan di atas tentu sangat miris, nilai-nilai kemanusiaan mulai terlihat hilang, kepedulian terhadap sesama manusia perlahan sirnah, bahkan ada yang memanfaatkan keadaan ini untuk meraih keuntungan dirinya sendiri.
Sikap seperti apa yang harusnya dilakukan?
Sebagai masyarakat, harusnya mampu membedakan berita hoax dan fakta, perbanyak literature terkait persoalan yang terjadi dan tidak sembarangan menyebarkan informasi, mengenali cara penanganan dan pencegahan seputar Covid-19, berikan informasi yang factual kepada setiap elemen terdekat.
Harapannya, pemerintah juga mampu memberikan informasi informasi yang terpercaya, menyediakan fasilitas yang memadai, kemudian mensosialisasikan kepada masyarakat, menjaga kestabilan harga bahan pangan dan mampu mengontrol serta menindak lanjuti oknum oknum tidak bertanggung jawab.
Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan di sini, transfaransi informasi dari pemerintah, kemudian sikap dari masyarakat yang harus bisa menghindari berita hoax, sebuah perubahan yang harus dimulai dari hati nurani setiap individu sangat diperlukan saat ini.
Bukan hanya tentang virus corona yang tengah mewabah, namun sikap masyarakat dan pemerintah selaku manusia yang sama-sama hidup di muka bumi ini mampu menjaga sisi kemanusiaan yang luhur dan bersama-sama menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan yang paripurna. (**)