KARAWANG - Pasca banjir, warga Desa Karangligar mulai membersihkan rumah yang kebanjiran, Selasa (3/3/2020), di desa ini banjir menerjang sebanyak enam kali sejak awal musim hujan Januari 2020 lalu.
Penuturan warga setempat, Asep Saepuloh, akibat banjir ini, sebanyak 50 sepeda motor rusak dan 3 unit mobil, sedangkan semua benda elektronik milik warga termasuk sound sistem di lima masjid.
Desa ini kebanjiran setinggi 2,5 meter, sehingga tidak ada barang elektronik warga yang bisa diselamatkan. Banjir besar ini memaksa 2.700 jiwa mengungsi, karena sebanyak 700 rumah di desa ini tenggelam akibat luapan Sungai Citarum dan Sungai Cibeet.
Banjir di desa ini terjadi pasang surut, pertama banjir pada 26 Desember 2019, kemudian banjir kedua 1 Januari 2020, banjir ketiga 24 Februari 2020, keempat 29 Februari 2020 dan banjir kelima 1 Maret 2020, terakhir banjir keenam tanggal 2 Maret 2020.
Banjir pasang surut ini mengikuti naik-turunnya luapan dua sungai tersebut, Sungai Cibeet dan Sungai Citarum. Padahal warga di desa ini sudah lama sering meminta agar Pemkab Karawang dan Pemprov Jawa Barat menormalisasi kedua sungai penyebab banjir ini.
Meski banjir sudah surut, di RT 04 dan 05 masih ada sekitar puluhan rumah yang terendam. Sementara, di lingkungan yang sudah surut, terlihat warga berjibaku membersihkan sisa lumpur banjir.
"Semua baju di lemari tertutup lumpur, bahkan banyak ular yang nyalip diantara baju-baju," kata dia.
Akibat banjir yang berkepanjangan ini, sejumlah warga stress. Surutnya air bukan berarti banjir tak akan datang lagi, warga di desa ini masih siaga terjadi banjir susulan, sebab musim hujan belum berlalu. (spn)
Penuturan warga setempat, Asep Saepuloh, akibat banjir ini, sebanyak 50 sepeda motor rusak dan 3 unit mobil, sedangkan semua benda elektronik milik warga termasuk sound sistem di lima masjid.
Desa ini kebanjiran setinggi 2,5 meter, sehingga tidak ada barang elektronik warga yang bisa diselamatkan. Banjir besar ini memaksa 2.700 jiwa mengungsi, karena sebanyak 700 rumah di desa ini tenggelam akibat luapan Sungai Citarum dan Sungai Cibeet.
Banjir di desa ini terjadi pasang surut, pertama banjir pada 26 Desember 2019, kemudian banjir kedua 1 Januari 2020, banjir ketiga 24 Februari 2020, keempat 29 Februari 2020 dan banjir kelima 1 Maret 2020, terakhir banjir keenam tanggal 2 Maret 2020.
Banjir pasang surut ini mengikuti naik-turunnya luapan dua sungai tersebut, Sungai Cibeet dan Sungai Citarum. Padahal warga di desa ini sudah lama sering meminta agar Pemkab Karawang dan Pemprov Jawa Barat menormalisasi kedua sungai penyebab banjir ini.
Meski banjir sudah surut, di RT 04 dan 05 masih ada sekitar puluhan rumah yang terendam. Sementara, di lingkungan yang sudah surut, terlihat warga berjibaku membersihkan sisa lumpur banjir.
"Semua baju di lemari tertutup lumpur, bahkan banyak ular yang nyalip diantara baju-baju," kata dia.
Akibat banjir yang berkepanjangan ini, sejumlah warga stress. Surutnya air bukan berarti banjir tak akan datang lagi, warga di desa ini masih siaga terjadi banjir susulan, sebab musim hujan belum berlalu. (spn)