Disebutkannya, Upah Minimun Kabupaten/Kota (UMK) yang tinggi di Kabupaten Karawang, telah menyebabkan pabrik garmen guling tikar dan hengkang dari Karawang, akibatnya ribuan masyarakat Karawang tidak punya pekerjaan.
Kata dia, percuma UMK tinggi hingga Rp5 juta, tapi cuma halusinasi. Lebih baik gaji Rp3 juta sebulan, asalkan pabriknya ada dan tetap bisa bekerja, daripada upahnya dinaikan Rp5 juta tapi ujung-ujungnya pabrik gulung tikar, sehingga yang rugi masyarakat Karawang kena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) semua.
"Ingin upah naik, tapi kta sendiri yang rugi, pabriknya pindah, karena UMK di Karawang dianggap mahal," tegasnya.
Untuk itu, di tahun mendatang, dia akan berupaya menghidupkan padat karya lagi, memanggil kembali industri-indutri garmen ke Karawang.
"UMK-nya akan saya tentukan, yang penting saya bisa menyelamatkan puluhan ribu masyarakat Karawang masuk kerja lagi di pabrik," jelasnya. [spn]
