Progresif.id - Gagal mengasuh anak bisa berdampak pada kehidupan anak di masa depan, anak yang dididik dengan emosional bakal menyebabkan masalah hubungan tidak baik antara anak dan orangtua.
Hal itu ditegaskan Ketua Yayasan Bahtera Bandung, Hadi Utomo, pada pelatihan Konvensi Hak Anak (KHA) bagi jurnalis media massa dan LSM ramah anak, di Hotel Brits, Karawang, Jawa Barat, 29-30 November 2021.
Menurutnya, anak akan merekam jejak perilaku orangtuanya, mulai ucapan hingga tingkah laku. Sehingga, kegagalan anak di masa depan merupakan cermin kegagalan orangtuanya, yang tidak menjaga ucapan dan perilakunya di hadapan anak.
Dia mencontohkan, jika orangtua biasa memarahi anaknya, maka anaknya akan mudah memarahi orangtuanya sendiri dan orang lain.
"Jika anak sering dimarahi, tidak dibimbing dengan cinta dan kasih sayang, maka anak akan depresi, ini menyebabkan perilaku anak jadi buruk di masa depannya," jelasnya.
Maka, sambung Hadi, pendidikan anak dalam Islam atau Tarbiyatul Aulad fi al-Islam, merupakan faktor penting, ada banyak kaidah pendidikan yang dicetuskan Islam, meski zaman telah berganti, ajaran ini masih relavan di masyarakat.
"Ajaran ini hampir tidak digunakan di negara manapun, kecuali di Gaza, Palestina," ungkapnya.
Dengan begitu, dalam Islam diajarkan mahabbah atau cinta dan kasih sayang orangtua kepada anak dan mengedukasi anak supaya selalu mahabbah kepada keluarga dan lingkungannya.
Dia menyebutkan, mahabbah merupakan kasih sayang, cinta, perhatian, penghormatan, lemah lembut, sopan, penghargaan terhadap pandangan anak, tanpa kekerasan dan tanpa eksploitasi.
Kata dia, jika mahabbah dalam keluarga diutamakan, menjadi edukasi bagi keluarga, dibanding mendidik dengan cara kasar dan kekerasan, maka orangtua bahkan negara pun tak perlu khawatir dampak buruk anak di masa depan.
"Anak akan dengan mudah menangkal teknologi buruk dan pengaruh buruk lainnya," jelasnya. [spn]