Sumber foto: Rohmat |
Progresif.id - Ayatullah Humaeni Institut (AHI), lembaga yang bertempatan di Serang Banten dengan fokus pada pengembangan keilmuan dan kemanusiaan, menyelenggarakan Research Camp di Desa Ciomas Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten. Rabu (20/6/2022).
Research Camp kali ini dikhususkan untuk mahasantri AHI. “Program ini dilakukan selama tiga hari sampai tanggal 22, untuk mengasah kemampuan dan menumbuhkan kecintaan para santri AHI dalam dunia riset dan menulis,” ujar Dr. Ayatullah Humaeni, MA, Direktur AHI.
Research Camp ini diikuti oleh 19 santri AHI berasal dari beberapa kampus di Banten dengan didampingi oleh 3 mentor dan dibimbing langsung oleh Ayatullah Humaeni selaku Direktur AHI.
Research ini dibagi 3 kelompok dengan tema riset yang berbeda. Tim riset pertama meneliti tentang ‘Arsitekur dan Fungsi Masjid Kuno Aria Bajo Ciomas’, yakni masjid yang dibangun Ki Aria Bahudita (w. 1820), seorang Panglima Kerajaan Mataram Kuno yang lari ke Banten, karena dikejar Belanda untuk menolak menandatangani Perjanjian Gayatri.
Tim kedua mengkaji tentang Biografi KH. Damanhuri dalam Pendidikan Islam di Banten, KH. Damanhuri adalah pendiri Pesantren Daarul Atiqah yang wafat di Mekkah saat menunaikan ibadah haji. Pesantren peninggalannya masih bertahan hingga saat ini dan dipimpin Ust. Rohman, menantu KH Damanhuri.
Tim ketiga meneliti tentang “Ritus Peralihan Masyarakat Ciomas Banten”. Outline dan instrument wawancara sudah disiapkan oleh Direktur AHI sehingga tim langsung terjun ke lapangan untuk wawancara dengan masyarakat.
Riset lapangan ini dilakukan oleh para santri AHI yang mayoritas mahasiswa semester dua, dan di bimbing oleh mentor yang sudah berpengalaman dalam melakukan riset.
“Kami sangat senang karena mendapatkan ilmu dan pengalaman riset lapangan yang belum kami dapatkan di kampus,” ujar Aini, santri AHI yang ikut terjun langsung.
Riset ini bukan hanya untuk mendokumentasikan arsitektur Masjid saja, tetapi juga harus mengukur secara teliti ukuran mesjid, pintu, jendela, mihrab, mimbar, tongkat khatib serta lainnya.
"Kami juga harus bisa membuat sketsa ornament dan motif keramik lantai masjid kuno,” kata Aini. (ted)