Progresif.id – Peralihan usia remaja ke dewasa, yaitu umur 18-25 tahun membuat generasi muda kebingungan untuk menentukan emosi, perilaku, keinginan dan potensi yang ada di dalam diri mereka.
Bila permasalahan tersebut dibiarkan, hal ini dapat berdampak pada kesehatan mental mereka karena selalu memandang dirinya lemah dibanding orang lain.
Mereka akan mengalami gangguan jiwa berupa depresi, bipolar, dan beberapa gangguan jiwa lainnya.
Selain itu, masyarakat Indonesia masih menganggap gangguan jiwa sebagai hal yang tabu untuk dibicarakan. Perlu adanya kesadaran mengenai gangguan jiwa yang terjadi di dalam masyarakat itu sendiri.
Melalui talk show bertajuk 'Who am I: Kenali Potensimu' yang merupakan bagian dari kegiatan CommStride, mahasiswa Ilmu Komunikasi President University berusaha untuk membantu mengatasi permasalahan krisis identitas.
Dalam talk show ini turut mengundang Hamdani, perwakilan Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, dan Irwantja, sebagai influencer yang bergerak dalam kesehatan mental, Sabtu (13/5/2023).
Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Hamdani mengatakan, lingkungan dan dukungan dari luar merupakan salah satu faktor penting dalam membangun kesehatan mental yang baik.
“Perubahan semua itu tergantung kita dan lingkungan sekitar. Jadi, pastikan bahwa memang kita berada di lingkungan orang-orang yang benar-benar mendukung kita,” ujar Hamdani dalam meningkatkan kesadaran kesehatan mental.
Untuk menghindari hal tersebut, perlu adanya pengenalan faktor-faktor yang menyebabkan krisis identitas pada generasi muda.
Sementata itu, konten kreator di bidang kesehatan mental, Irwantja menyampaikan, self awareness yang baik sangat penting dalam membentuk branding diri sendiri.
Dijelaskan Irwantja, bagaimana seseorang bisa survive dalam menghadapi masalah yang bisa muncul dalam membentuk branding yang baik.
Diantaranya adalah refleksi ke dalam diri sendiri dan komunikasi yang baik ke pihak eksternal yang dapat mendukung dari sisi emosional kita.
“Sebenarnya kembali lagi ketika kita sudah mulai membangun self awareness yang terus berjalan dan bahkan bisa berubah," ujarnya.
Jadi, kata Irwantja, jangan takut terhadap perubahan itu, karena perubahan itu kan pasti ya.
"Satu hal yang istilahnya fix gitu, tetapi kita mencoba komunikasikan perubahan itu ke diri kita sendiri,” jelasnya.
Penulis: Rahmi Meliani
Editor: AsepSpn