Progresif.id – Program Makmur terus menyasar berbagai kalangan petani, baru-baru ini, program yang diinisiasi Menteri BUMN, Erick Thohir itu membantu petani penggarap lebih sejahtera.
Petani penggarap merupakan petani yang tidak punya lahan. Hanya bermodal cangkul, mereka menggarap lahan milik orang lain. Pendapatan mereka berupa bagi hasil saat panen.
Beragam kendala kerap mereka hadapi saat bertani, mulai dari minimnya modal tanam, sarana produksi pertanian yang terbatas, hingga jeratan lintah darat dan aksi para tengkulak.
Berbagai kendala itu membuat penggarap tak menikmati keuntungan panen secara maksimal.
Pola masalah yang dialami petani penggarap itu umum ditemui di berbagai wilayah termasuk para petani di Desa Jebed Selatan, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.
“Melihat berbagai kendala petani penggarap itu, kita putuskan untuk bergerak membantu para petani tersebut,” ujar Saiful Rohdian, Koordinator Program Makmur Pupuk Kujang, Senin (11/9/2023).
Kata Saiful, dalam membantu para penggarap itu, Pupuk Kujang tak sendiri, sejumlah pihak ikut membantu.
Salah satunya Yayasan Baitul Maal Perusahaan Listrik Negara (YBM PLN) cabang Semarang, menyalurkan dana untuk modal tanam kepada 15 orang petani penggarap di Jebed Selatan.
Dengan bantuan dana dari Baitul Maal PLN, para penggarap ini tak perlu mengeluarkan modal tanam dan bisa langsung melakukan budidaya padi.
"Bahkan modalnya tak perlu dikembalikan, tapi digunakan untuk modal di musim tanam berikutnya sehingga dapat berkelanjutan,” ujar Saiful.
Dalam program Makmur untuk petani penggarap di Jebed Selatan, ujar Saiful, tim agronomis Pupuk Kujang mendampingi 15 orang petani dengan total luas lahan 5 hektare sawah.
Para penggarap ini diajak untuk melakukan budidaya moderen dengan berbagai produk premium (non subsidi) buatan Pupuk Kujang.
"Kita perlakukan lahan sebaik mungkin dengan mengaplikasikan sistem pemupukan berimbang,” kata Saiful.
Saat mendampingi petani, ujar Saiful, tim agronomis Pupuk Kujang membantu segala kendala yang dihadapi petani saat budidaya.
“Kita berikan konsultasi dan pendampingan hingga panen maksimal,” kata Saiful.
Dia menyebutkan, bukan kali ini saja, Program Makmur dilakukan di Jebed Selatan, sebelum membantu para penggarap Program Makmur juga dilakukan ke kalangan petani lain.
Alhasil, panen petani meningkat dari awalnya 5 ton menjadi 7 hingga 8 ton per hektare setelah ikut Program Makmur.
“Program Makmur sudah berjalan 4 musim di sana,” kata Saiful.
Selain hasil panen yang meningkat, peserta Program Makmur di Jebed Selatan, juga mendapat peningkatan rendemen. Dari awalnya 55 persen meningkat jadi 64 persen.
“Artinya beras yang dihasilkan semakin banyak,” ujarnya.
Beras yang dihasilkan pun bukan sembarangan, di sana, petani didampingi hingga bisa menghasilkan beras premium berkualitas tinggi.
Menanam varietas Ciherang dan Inpari 32, hasil panen para petani dibeli oleh PT Pemalang Agro Sejahtera untuk menghasilkan beras premium yang diberi merek Beras Makmur.
Sementara itu, Nurul Huda dari Yayasan Baitul Maal PLN menuturkan, meski PLN adalah BUMN di klaster energi, tak menghalangi untuk berkolaborasi dengan Pupuk Kujang yang berada di klaster pupuk pangan.
“Ini merupakan sinergi BUMN untuk mendukung Program Makmur sebagai cara mensejahterakan petani. khususnya petani penggarap,” kata Huda.
Dikatakan Huda, Baitul Maal PLN tergerak membantu petani penggarap di Jebed Selatan karena mereka belum sejahtera.
“Tak sedikit juga para penggarap ini terjebak sistem ijon, gabah yang mereka hasilkan dibeli dengan harga rendah sebelum panen,” ungkap Huda.
Dari berbagai kendala itu, ujar Huda, para penggarap ini termasuk kategori mustahik atau penerima zakat.
“Para penggarap ini bahkan terdata sebagai penerima bantuan sosial dari pemerintah, kebanyakan penggarap ini rata-rata tinggal di rumah semi permanen,” kata Huda.
Dengan mengikuti Program Makmur, para penggarap diajak untuk meningkatkan keuntungan karena berada dalam ekosistem bisnis yang jelas.
Dalam Program Makmur, modalnya dibantu, nutrisi tanaman terjamin, budidaya dikawal hingga hasilkan panen yang baik.
"Bahkan hasil panen sudah pasti ada yang beli. Jadi keuntungan penggarap ini memang bisa terukur,” kata Huda.
Dengan keuntungan yang meningkat ini, ujar Huda, para penggarap tidak lagi terjebak ke dalam siklus hutang dan riba para lintah darat.
“Dengan mencapai keuntungan yang terukur itu, para penggarap bisa berubah dari penerima zakat menjadi pemberi zakat. Itu misi kita,” kata Huda.